Jakarta,Metro sumut
Kapolda Sumut Irjen (Pol) Wisjnu
Amat Sastro dinilai tidak tegas terhadap perjudian. Sikap loyo Kapolda ini
dianggap sebagai angin segar bagi para bandar judi.
Koordinator Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku mendapat informasi, sejumlah bandar judi yang selama ini beroperasi di Jakarta, mulai pindah ke sejumlah wilayah di Sumut. Menurut Neta, fenomena pergerakan bandar judi ke wilayah Sumut ini terjadi sejak adanya pergantian Kapolda Sumut, dari Irjen Pol Oegroseno ke Wisjnu Amat Sastro," Saya mendapat informasi, banyak bandar judi di Jakarta yang bergeser ke Sumut. Ada empat daerah yang menjadi lokasi tujuan, yakni Labuhanbatu, Simalungun, Belawan, dan Langkat," ujar Neta S Pane saat dihubungi JPNN, kemarin (3/6).
Koordinator Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengaku mendapat informasi, sejumlah bandar judi yang selama ini beroperasi di Jakarta, mulai pindah ke sejumlah wilayah di Sumut. Menurut Neta, fenomena pergerakan bandar judi ke wilayah Sumut ini terjadi sejak adanya pergantian Kapolda Sumut, dari Irjen Pol Oegroseno ke Wisjnu Amat Sastro," Saya mendapat informasi, banyak bandar judi di Jakarta yang bergeser ke Sumut. Ada empat daerah yang menjadi lokasi tujuan, yakni Labuhanbatu, Simalungun, Belawan, dan Langkat," ujar Neta S Pane saat dihubungi JPNN, kemarin (3/6).
Dia menjelaskan, setiap terjadi pergantian Kapolda, para bandar judi langsung
membaca situasi. Jika Kapolda diaggap lemah dalam menghadapi perjudian, maka
mereka menganggapnya sebagai peluang yang harus segera dimanfaatkan.
"Karena uang judi itu gurih, segar, dan banyak. Para bandar selalu mencari
celah peluang. Begitu kapolda dilihat membiarkan, maka mereka langsung
masuk," terangnya.
Neta menduga, para bandar judi Jakarta masuk ke empat lokasi di Sumut itu lantaran masih belum ada pemain besarnya. "Mengapa bandar dari Jakarta itu tak masuk ke Medan dan Binjai? Saya menduga, karena di dua tempat itu sudah ada pemain lokalnya. Jadi, bandar dari Jakarta memilih ke lokasi yang nyaman. Labuhanbatu itu kan daerah perbatasan Riau-Sumut, bukan kota besar tapi dianggap nyaman," terang Neta.
Masih menurut Neta, para bandar judi Jakarta yang hijrah ke sejumlah daerah di Sumut itu sebenarnya bukan bandar level satu. Saat di Jakarta, mereka ini masih semacam korlap. Namun, lantaran ada peluang di Sumut, mereka berani membawa modal sendiri untuk beroperasi. "Dari korlap, mereka naik level menjadi bandar. Bisa saja dengan modal sendiri, atau dimodali bandar besarnya yang masih beroperasi di Jakarta," beber Neta.
Menurutnya, satu-satunya faktor yang bisa menekan gerakan bandar judi di Sumut adalah sikap Kapolda yang harus tegas. "Kalau masih dibiarkan, ya bukan tidak mungkin memang ada oknum polisi yang bermain. Kapolda harus menyatakan komitmennya perang terhadap judi. Jika tidak, masyarakat akan punya penilaian tersendiri terhadap Kapolda," saran Neta.
Kapolda Sumut Irjen (Pol) Wisjnu Amat Sastro, kata Neta, mestinya meneruskan kebijakan para pendahulunya untuk terus memerangi perjudian di Sumut, yang sejak an Kapolda Sumut era Soetanto sudah digaungkan. "Dan Kapolri yang sekarang, Jenderal Timur Pradopo, punya komitmen memberantas perjudian. Pak Wisjnu itu termasuk tim sukses Timur saat diuji di DPR. Mestinya sikap Wisjnu sejalan dengan sikap Timur," kritik Neta. (Melvy/Sandy)
Neta menduga, para bandar judi Jakarta masuk ke empat lokasi di Sumut itu lantaran masih belum ada pemain besarnya. "Mengapa bandar dari Jakarta itu tak masuk ke Medan dan Binjai? Saya menduga, karena di dua tempat itu sudah ada pemain lokalnya. Jadi, bandar dari Jakarta memilih ke lokasi yang nyaman. Labuhanbatu itu kan daerah perbatasan Riau-Sumut, bukan kota besar tapi dianggap nyaman," terang Neta.
Masih menurut Neta, para bandar judi Jakarta yang hijrah ke sejumlah daerah di Sumut itu sebenarnya bukan bandar level satu. Saat di Jakarta, mereka ini masih semacam korlap. Namun, lantaran ada peluang di Sumut, mereka berani membawa modal sendiri untuk beroperasi. "Dari korlap, mereka naik level menjadi bandar. Bisa saja dengan modal sendiri, atau dimodali bandar besarnya yang masih beroperasi di Jakarta," beber Neta.
Menurutnya, satu-satunya faktor yang bisa menekan gerakan bandar judi di Sumut adalah sikap Kapolda yang harus tegas. "Kalau masih dibiarkan, ya bukan tidak mungkin memang ada oknum polisi yang bermain. Kapolda harus menyatakan komitmennya perang terhadap judi. Jika tidak, masyarakat akan punya penilaian tersendiri terhadap Kapolda," saran Neta.
Kapolda Sumut Irjen (Pol) Wisjnu Amat Sastro, kata Neta, mestinya meneruskan kebijakan para pendahulunya untuk terus memerangi perjudian di Sumut, yang sejak an Kapolda Sumut era Soetanto sudah digaungkan. "Dan Kapolri yang sekarang, Jenderal Timur Pradopo, punya komitmen memberantas perjudian. Pak Wisjnu itu termasuk tim sukses Timur saat diuji di DPR. Mestinya sikap Wisjnu sejalan dengan sikap Timur," kritik Neta. (Melvy/Sandy)
0 komentar:
Posting Komentar